Pemikiran Ki Hajar Dewantara yang Tak Lekang oleh Waktu

Ketika beberapa waktu ini kembali membaca dan melihat kisah perjuangan Ki Hajar Dewantara dalam memajukan peradaban Pendidikan di Indonesia, seketika itu pula hati ini merasa berdesir. Betapa beratnya perjuangan beliau saat itu. Perjuangan untuk mengusahan pendidikan bagi kaum pribumi saat itu sungguhlah tidak mudah. Kala itu Belanda hanya mengijinkan anak-anak dari pejabat daerah saja yang mendapatkan previlege untuk dapat mengenyam Pendidikan. Hal tersebut dilakukan oleh Belanda agar kelak ketika sudah lulus, anak-anak pribumi tersebut akan bekerja di instansi milik Belanda.
Ki Hajar Dewantara (KHD) yang mengatakan bahwa Pendidikan adalah menuntun. Menuntun peserta didik menuju keselamatan dan kebahagiaan mereka secara merdeka, baik sebagai manusia maupun bermasyarakat. Sedangkan pengajaran adalah proses dari pendidikan itu sendiri, dimana pendidik merupakan fasilitator yang memahami kebutuhan dan karakter masing-masing peserta didik. Memberikan mereka bekal ilmu pengetahuan, fasilitas, motivasi, serta kecakapan hidup bagi peseta didik agar mereka menjadi manusia yang bahagia dan merdeka sepanjang hidupnya. Apalagi beliau juga mengemukakan bahwa dasar dari pendidikan anak sangat kental hubngannya dengan kodrat alam dan zaman. Anak-anak bukanlah tabula rasa atau kertas kosong yang bisa dengan sesuka hati kita untuk mengisinya. Anak-anak sudah memiliki isi yang masih samar. Kita sebagai ‘pamong’ lah yang akan menebalkan laku mereka. Menebalkan budi pekerti dan beragam kecerdasan yang mereka minati. Serta mengasah potensi yang ada pada diri mereka. Sebagai fasilitator harus dinamis dalam mentransfer dan menuntun peserta didik sesuai dengan zamannya.
Saya merasa sangat takjub dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara yang tak lekang oleh waktu. Meskipun pemikiran beliau sudah ada dari berpuluh-puluh tahun silam, namun sampai saat ini masih sangat relevan untuk dijalankan dan di modifikasi sesuai dengan kurikulum 2013. Menurut saya, dengan sistem menuntun, pendidik adalah ‘pamong’ yang memberikan kebebasan berpikir kepada peserta didik untuk mengembangkan kreatifitas yang ada pada dirinya sesuai dengan kurikulum 2013.
Pemikiran Ki Hajar Dewantara yang berbasis Pendidikan karakter ini di terapkan secara khusus di SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto. Kami memiliki 30 menit sebelum memulai pembelajaran yang di sebut dengan ‘Jam Pembiasaan’ . Pada jam pembiasaan, walikelas menjadi pamong sekaligus teman belajar peserta didik dalam pembiasaan keagamaan dengan menghafal Al-Quran, membaca doa sholat dan dzikir, serta baca tulis Al-Quran. Di hari Rabu kami memiliki kegiatan literasi yang bernama BuSi atau Rabu Literasi. Isi dari kegiatan BuSi adalah GerMa atau Gerakan Membaca, membaca nyaring, diskusi buku, dan menulis cerpen. Pada kegiatan germa peserta didik dibebaskan untuk membaca buku favorit mereka kemudian menuangkannya dalam jurnal resensi buku yang sudah di sediakan. Pada kegiatan membaca nyaring salah satu peserta didik akan maju ke depan kelas dan membacakan beberapa halaman cerita sedangkan yang lain menyimak dan diakhiri dengan saling bertanya jawab. Peserta didik juga dapat berdiskusi buku dengan teman sebaya mereka dikelas.
Bagi peserta didik yang lebih suka menuangkan idenya dalam cerita, kami mewadahi mereka untuk menulis cerpen dan di terbitkan di website sekolah. Bahkan dari kegiatan tersebut tahun ini (2022) SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto berhasil menerbitkan 1 buku kumpulan puisi karya guru yang berjudul Musim Semi dan 3 buku karya siswa berjudul 14.000 Detak, 13 Menit Sebelum 13 Tahun, dan Kota Hantu.
SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto merupakan sekolah berbasis bakat dan minat, tersedia beragam estrakulikuler mulai dari akademik, seni, dan olahraga yang terangkum pada program Saturday Fun. Pada kegiatan tersebut peserta didik dibolehkan memilih ekstrakulikuler yang diminati dan akan dibimbing oleh pelatih professional. Beberapa ekstrakulikuler popular di antaranya adalah menembak, tapak suci, panahan, catur, futsal, PMR, tari tradisional, music, dan masih banyak lagi.
Karena memiliki instansi yang sangat mendukung Pendidikan karakter, maka pemikiran saya dalam merancang pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik khususnya di pelajaran Bahasa Inggrispun jadi lebih termotivasi. Saya mengeksplore diri saya untuk menjadi sahabat mereka ketika di situasi diskusi kelompok agar mereka nyaman belajar berbahasa asing yang notabene baru mereka dapatkan di SMP. Saya menjadi pendidik yang ‘memanusiakan manusia’ baik Ketika di dalam kelas maupun diluar kelas. Saya merasa setiap peserta didik saya itu unik dan istimewa. Bersama mereka, waktu terasa begitu cepat berlalu. Mereka memiliki semesta yang mennyenangkan. Menjadi pendengar mereka adalah salah satu cara saya dalam memahami semesta mereka. Apalagi menemani mereka bertumbuh dengan keunikan mereka masing-masing.
Harapan yang ingin saya lihat pada diri saya sendiri sebagai seorang pendidik saat ini adalah saya ingin sekali lebih mengenali diri saya sebagai seorang pendidik yang memiliki karakter ‘penuntun’ bagi peserta didik saya. Saya lebih dapat menggali potensi yang saya miliki untuk menciptakan iklim kebebasan berpikir kepada peserta didik untuk mengembangkan kreativitas yang ada pada dirinya.
Harapan yang ingin saya lihat pada murid-murid saya adalah kebahagiaan mereka ketika menjalani proses Pendidikan. Mereka dapat menemukan bakat dan minat meraka secara utuh dan merdeka sebagai manusia.
Kegiatan yang saya harapkan kedepannya bagi sekolah adalah berbagi pengalaman baik dalam mendidik, diskusi terkait strategi dan pendekatan pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan dan bakat peserta didik.
Saya yakin cita-cita Ki Hajar Dewantara dalam dunia Pendidikan di Indonesia sudah ada pada genggaman guru-guru hebat di sni. Mari berusaha bersama membersamai peserta didik, merawat fitrah mereka sebagai pembelajar yang merdeka agar laku peserta didik yang kita tebalkan adalah budi pekerti serta akhlak yang mulia dan yang memiliki jiwa pilar pelajar Pancasila. (*)
===============================
*Disusun oleh Rufiah Ning Asrianti, S.Pd, guru mapel bahasa Inggris SMP MUhammadiyah 1 Purwokerto.
**Image: tribunnews.com
Share This Post To :
Kembali ke Atas
Artikel Lainnya :
- GENERASI ANTI GAMON
- Mengapa Kurikulum Harus Berubah
- Sebuah Kumpulan Puisi: Indahnya Negeriku
- Menjadi Remaja Antitoxic
- Risalah Hati: Berladang Kebaikan
Silahkan Isi Komentar dari tulisan artikel diatas :
Komentar :
![]() ![]() Alhamdulillah luar biasa, semoga menginspirasi kita semua. Mari bapak ibu guru kita wujudkan sekolah sebagai tempat yg menyenangkan bagi siswa dengan pembelajaran yg membuat siswa bahagia. Semoga Alloh mengabulkan niat baik dan cita-cita kita ... Aamiin ya rabbal'alamin |
![]() ![]() Terimakasih Miss. Ruff Dengan ketokohan KHD kita sekarang jadi melek huruf melwf iptek, dg perjuanahn Beliaulah kita bisa berkembang sesuai tuntunan pendidikan yang ada tentunya. Semakin berkembangnya iptek maka kita harus terus belajar dengan kelimuan pelajar Pancasila. Karena kita baguan dari bangsa ini. Untuk bisa berkontribusi untuk kwmajuan bangsa.. |
![]() ![]() |
Kembali ke Atas